Tanam mangrove merupakan salah satu upaya pelestarian ekosistem pesisir. Penanaman mangrove dapat menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi masalah lingkungan, terutama masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya habitat hewan. Berdasarkan manfaat hutan mangrove yang sangat besar, Kami akan turut membantu masyarakat setempat dalam menciptakan ekosistem mangrove yang lestari. Tanam Mangrove 2021 merupakan acara yang akan diselenggarakan oleh EGSA (Environmental Geography Student Association) UGM.
Mahasiswa
Demikian, semoga menjadi perhatian bagi mahasiswa semua.
“Momen ulang tahun yang ke 12 ini semoga menjadikan EGSA tidak hanya hanya sekedar menjadi himpunan, tapi menjadi rumah yang nyaman bagi para masyarakatnya, menjadi Merapi yang tak pernah berhenti menunjukkan eksistensinya, menjadi air tanah yang sulit untuk tercemar dan dapat memberikan kebermanfaatan bagi semua kalangan, serta dapat menjadi peta yang selalu menuntun manusia menuju tujuan hidupnya. Selamat ulang tahun EGSA !, semoga tidak hanya sekendar menjadi suatu perhimpunan mahasiswa. Tapi dapat terus berkembang menjadi suatu fenomena “Superteam” ! “ Ujar Dzakwan Taufiq selaku Ketua EGSA periode 2019/2020.
Enviromental Geography Student Association (EGSA) bekerjasama dengan Supermap mengadakan seminar dan workshop yang diselenggarakan pada hari Jumat (12/4) yang berlokasi di Gedung KLMB lantai 6. Acara tersebut mengambil tema ‘Aplikasi GIS Dalam Pemetaan Bencana’. Supermap sendiri merupakan salah satu aplikasi pemetaan enterprises dari Negeri Tiongkok.
Acara tersebut diikuti oleh 76 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu peserta asal Universitas Pendidikan Indonesia, Safi menuturkan bahwa acara ini sangat bermanfaat terutama untuk mahasiswa geografi serta dapat memperkaya pengetahuan dan kemampuan dalam menggunakan software-software lain di bidang pemetaan.
“Harapan kedepaannya kegiatan ini bisa terus berlanjut sehingga kita bisa benar-benar menggunakan aplikasi Supermap dan menghasilkan output sesuai yang kita inginkan” ujar Zaima Hilmi selaku ketua panitia dari kegiatan ini.
Ekspedisi Beruk 2019 : Uncover The Magnificent Landscape of Ancient Lawu merupakan upaya inventarisasi sumberdaya fisik dan sosial yang ada pada Desa Beruk. Inventarisasi yang dilakukan meliputi potensi dan permasalahan fisik maupun sosial yang terjadi di daerah tersebut, mengidentifikasi hubungan antara fenomena fisik dan sosial yang terdapat di daerah ini, serta upaya untuk menyajikan kajian-kajian tersebut dalam bentuk informasi spasial yang disertai dengan analisis yang menggunakan pendekatan spasial. Ekspedisi ini juga merupakan salah satu upaya mahasiswa Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada untuk melaksanakan tridarma perguruan tinggi. Pelaksanaan ekspedisi ini juga merupakan suatu bentuk nyata peran mahasiswa Geografi Lingkungan dalam mendukung program “World Class Research University” yang ingin dicapai Universitas Gadjah Mada.
Setiap divisi memiliki lingkup kajian yang berbeda-beda dalam kegiatan ekspedisi ini. Divisi Manajemen bencana menitikberatkan pada kajian mengenai tanah longsor yang terdapat pada Desa Beruk. Divisi Survei Pemetaan Geomorfologi melakukan pemetaan terhadap kenampakan-kenampakan geomorfologi sebagai studi lanjut dari geomorfologi dasar. Selain kegiatan pemetaan, Divisi Survei dan Pemetaan Geomorfologi ini juga melakukan analisa penggunaan lahan. Analisa yang dilakukan yaitu berupa pengaruh penggunaan lahan terhadap morfologi sungai. Sementara itu Divisi Geohidrologi mengkaji mengenai karakteristik mata air di Desa Beruk, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. Karakteristik mata air ini termasuk juga pengujian kualitas air. Berbeda dengan divisi Geohidrologi, Divisi Hidrologi Permukaan melakukan kajian mengenai perbandingan debit air sungai berdasarkan perubahan penggunaanlahan di Desa Beruk, Kecamatan Jatiyoso. Divisi Geografi Infrastruktur melakukan kajian mengenai kerentanan infrastruktur berupa perumahan warga serta infrastruktur lainnya terhadap bencana longsor di Jatiyoso, Karanganyar. Divisi Ekonomi Lingkungan mengkaji tentang perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan. Divisi Geografi Manusia mengkaji fenomena-fenomena unik di Karanganyar yang berbeda dari daerah kajian lainnya. Fenomena unik di Karanganyar yang menjadi kajian dari Geografi Manusia antara lain mengenai migrasi ulang alik penduduk dan padepokan silat yang ada di sana.
Kegiatan Ekspedisi Beruk yang dilaksanakan pada tanggal 21-25 Januari 2019 dimulai dengan keberangkatan dari Fakultas Geografi dan persiapan kegiatan pada tanggal 21 Januari. Selanjutnya pada tanggal 22-23 Januari dilakukan survei lapangan oleh setiap divisi pada pagi hingga sore hari dan dilanjutkan dengan diskusi pada malam hari. Pada hari keempat dilangsungkan pemaparan mengenai hasil survei dan kajian sementara di depan segenap perangkat desa. Pemaparan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan diakhiri dengan penutupan dan foto bersama pada tanggal 25 Januari 2019.
Kegiatan Ekspedisi Beruk 2019 menjadi sarana mahasiswa untuk mengembangkan ilmu yang telah diperoleh melalui kegiatan langsung di lapangan. Kegiatan semacam ini diharapkan dapat menjadi ajang pembelajaran bagi mahasiswa program studi Geografi Lingkungan untuk lebih kritis dalam menilai permasalahan di suatu daerah. Selain itu kegiatan ini juga bermanfaat untuk mengenal lebih dalam kondisi geografis di wilayah kajian dalam hal ini Desa Beruk dan diharapkan dapat membantu dalam pengembangan dan pembangunan desa.
Kegiatan Kerja Praktik dinilai dapat menunjang mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di dalam perkuliahan sehingga sesuai dengan kebutuhan kerja. Pola pemikiran yang konkrit, efisien, serta solutif diperlukan perusahaan khususnya dalam memenuhi persaingan industri global. Hal-hal diluar perkuliahan yang mengharuskan mahasiswa untuk menemukan solusi yang tepat bagi lingkungan dalam hal ini perkebunan sawit menjadi salah satu output utama yang di dapat selama Kerja Praktik dengan berdiskusi dengan para ahli. Kedua mahasiswa diarahkan langsung oleh Arif Wibowo (Section Head Hidrology, Land Evaluation PT SMART Tbk) yang juga merupakan alumnus Geografi Fisik Universitas Gadjah Mada tahun 2001. Harapannya dengan dilakukan kegiatan kerja praktik dapat memperkuat sinergi antara institusi praktis PT SMART Tbk. dengan institusi akademis (Universitas Gadjah Mada).
Tim satu memperoleh juara 1 LKTIN yang mengusung tema “Inovasi Sektor Pertanian dan Kelautan dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan”. Presentasi Ilmiah dilaksanakan pada Jumat (29/9) di IPB, Bogor. “Harapannya Karya yang dibuat tidak hanya sekedar sebagai perlombaan, tetapi sebuah aksi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan di Indonesia” ungkap Yan Abdi sebagai ketua tim. Perlombaan LKTIN memunculkan berbagai inovasi mahasiswa untuk menghadapi tantangan bangsa Indonesia kedepan. Ide kreatif dalam menangani permasalahan maupun pembaharuan sistem dalam sektor pertanian dan kelautan akan sangat berguna untuk mewujudkan pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
Kerja praktik memfokuskan kegiatan pada sistem hidrologi sungai area Kamojang, sistem IPAL, kualitas hidrologi, dan stress test hasil kegiatan operasional sebagai upaya meminimalisasi dampak terhadap lingkungan. Selain kegiatan formal, mahasiswa juga rutin melakukan sharing program CSR dan observasi masyarakat. “Kegiatan magang memberikan dampak positifi bagi mahasiswa dalam mengenalkan dunia kerja, memecahkan masalah dalam kegiatan operasional perusahaan hingga sharing keahlian geografi lingkungan kepada industri energi”, papar Reinaldy. Magang juga turut memperkuat koneksivitas dan sinergi antara institusi praktis (PT. Pertamina Geothermal Energy) dan institusi akademis (Universitas Gadjah Mada).
Keikutsertaan Aditya juga bersama alumni Sukma Riverningtyas (GEL2012) dalam Tribal Climate Camp USA 2017 yang diikuti 64 delegasi dari berbagai negara merupakan platform penggiat perubahan iklim untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai best-practices dibidang lingkungan dan iklim. Konferensi memfokuskan pada perumusan agenda adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada komunitas rentan. Kegiatan didalamnya terdiri atas Course, Workshop, Working Team on Policy Strategy, Climate Communication, serta Community Field ke Nisqually Tribes and National Park sekaligus Fieldtrip ke Mt.Rainer National Park yang mengalami permasalahan pencairan gletser. Pada kesempatan tersebut, Aditya juga berkesempatan memaparkan strategi sosial media dalam kampanye iklim, serta hilirisasi riset dan pengembangan komunitas berketahanan iklim dari bencana frost di Dataran Tinggi Dieng yang sekaligus merupakan project PKM Departemen Geografi Lingkungan dibawah bimbingan Dr.Emilya Nurjani, M.Si. “Melalui forum ini, kami memahami bahwa kerjasama antar generasi sangat diperlukan untuk mewujudkan agenda global perubahan iklim yang tertuang dalam Paris Agreement dan menciptakan kondisi iklim yang lebih bersahabat”, jelasnya.