• UGM
  • Fakultas Geografi
  • Perpustakaan
  • BKLN
  • Mahasiswa
  • Webmail
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Geografi
Departemen Geografi Lingkungan
  • Beranda
    • Berita dan Informasi
    • Aktivitas Dosen
    • Aktivitas Mahasiswa
  • Admisi
  • Profil
    • Tujuan
    • Visi dan Misi
    • Kompetensi Lulusan
    • Pasar Kerja
    • Kerjasama
    • Akreditasi
    • Fasilitas
  • Akademik
    • Staf Pendidik
    • Aturan
    • Kurikulum
    • Silabus
    • Asesmen
    • Kalender
    • Penelitian
      • Dinamika Karst
      • Manajemen Risiko Bencana
      • Pengelolaan Pesisir dan DAS
      • Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
      • Studi Migrasi
      • Tenaga Kerja dan Populasi
      • Permukiman dan Sumberdaya
      • Studi Perkotaan
  • Alumni
    • Tracer Study
    • Testimoni Alumni
  • Mahasiswa
    • Pengajuan Surat Kemahasiswaan
    • Usulan MBKM
    • Sosialisasi Skripsi
    • Usulan Penelitian Skripsi
    • Usulan Ujian Skripsi
    • Yudisium & Wisuda
  • Beranda
  • Dosen
  • Desa SiApps (Disaster Self Awareness melalui Sistem Informasi Berbabasi Aplikasi) Solusi Mitigasi Bencana di Daerah Rawan Longsor

Desa SiApps (Disaster Self Awareness melalui Sistem Informasi Berbabasi Aplikasi) Solusi Mitigasi Bencana di Daerah Rawan Longsor

  • Dosen
  • 13 November 2018, 10.18
  • Oleh: gel.geo
  • 0

Staff Pusat Studi Bencana (PSBA) Universitas Gadjah Mada, Guruh Samudra menerangkan secara gamblang tentang potensi bencana longsor serta Hardwere dan Aplikasi pengukur curah hujan, sebelum kemudian menerangkan cara pakai dan cara baca peta merah dalam aplikasi tersebut. “Membangun harmoni dengan longsor, caranya mengetahui ambang batas curah hujan. Sehingga warga dapat bersiap sebelum longsor terjadi,” paparnya dalam Sosialisasi Pemantauan dan Informasi Penyebarluasan Potensi Bencana Alam BPBD Pacitan 09/11/18 di Aula Hotel Srikandi.

Menurutnya garis besar dalam bahasan ini adalah penerjemah edukatif yaitu masyarakat, karena data dari Hardware yang terpasang dikoneksikan pada aplikasi android sehingga menerjemahkan simbol warna yang mudah dipahami, kemudian masyarakat mengetahui kondisi tanah tempat tinggal mereka. Guruh mengatakan aplikasi ini sebagai pengembangan Early Warning System yang dinilai jauh lebih efektif. Jika masyarakat terbiasa melihat dan mempelajari curah hujan tentunya akan terbiasa merespon ambang batas amannya, sehingga meskipun longsor terjadi warga akan selamat. “Early Warningnya bukan pada alatnya melainkan pada manusianya,” tandas Guruh.

Kepala PSBA Dr. Djati Mardianto membenarkan hal tersebut, tujuan aplikasi ini adalah mengedukasi masyarakat. Menurut bacaannya Pacitan yang secara morfologi berbukit dan gunung menjadi penyebab tingginya daerah rawan longsor. Selain itu sebagai daerah tropis, hujan adalah salah satu penyebabnya. “Harus disadari bahwa Pacitan terbentuk dari material gunung api tua dan gamping yang mudah larut, sehingga tidak stabil. Alat serta aplikasi ini tugasnya menginformasikan serta menyistematikkan, jadi dapat dipertanggungjawabkan,” terangnya.

Sebanyak 190 titik longsor menjadi catatan BPBD, bahkan Diannitta Agustinawati, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan mengatakan jumlah tersebut dapat saja bertambah. Untuk itu konsep Desa SiApps yang disosialisasikan bersama ini menjadi titik terang sehingga baik masyarakat ataupun pemangkau kebijakan mempunyai gambaran untuk mengambil tindakan.

Peserta yang mengikuti sosialisasi adalah seluruh Desa dan Kelurahan di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari dan Pringkuku, sedangkan alat dan sistem aplikasi yang diuji cobakan berada di Desa Kedungbendo Arjosari, “bagi desa lain yang mempunyai potensi rawan longsor akan mempunyai inisiatif yang sama dari desa, karena alat serta aplikasi ini penting dalam upaya mitigasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengurangi risiko bencana longsor,” tambahnya.

Sosialisasi ini juga menyampaikan materi tentang pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) oleh Diana Rendrarini sebagai fasilitator, kemudian Wira Swastika dari Diskominfo yang memberikan materi SID (Sistem Informasi Desa), Hamdani Perangkat Desa Ngumbul, Best Practice dengan memanfaatkan SID untuk analisis data kebencanaan serta tim Pusat Data Dan Informasi Kebencanaan (Pusdatin) BPBD, dengan harapan semua informasi yang ada mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk lebih siap siaga dalam menghadapi dampak yang terjadi di zona rawan longsor.(Budi/Anj/Riyanto/DiskominfoPacitan).

Sumber : https://pacitankab.go.id/desa-siapps-solusi-zona-rawan-longsor/

Tags: dosen

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Universitas Gadjah Mada

DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Sekip Utara Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281

gel.geo@ugm.ac.id

+62 (274) 6492332 / 548632

+62 (274) 589595

 

© Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontak

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju